Pencipta Teknologi 4G LTE Ternyata Putra Indonesia

Inilah putra Indonesia pencipta teknologi 4G LTE

Anda menggunakan smart phone yang sudah disemati teknologi 4G LTE ?

Ya, inilah teknologi terbaru yang merupakan standar ponsel cerdas terkini, dan telah digunakan di seluruh dunia sebagai standar teknologi komunikasi terkini.

Tapi tahukah Anda bahwa pencipta teknologi 4G LTE yang telah mendunia ini sebenarnya asli ciptaan putra Indonesia?

Silahkan simak artikel ini, dan seperti saya, Anda pun akan ikut bangga.

Pencipta Teknologi 4G LTE Ternyata Putra Indonesia 1
Teknologi 4G LTE lebih stabil dan lebih cepat 3x dibanding teknologi 3G sebelumnya

***

Khoirul Anwar dianggap gila, ditertawakan, bahkan dicemooh!

Idenya dianggap muskil, tak masuk akal. Semua ilmuwan yang berkumpul di Hokkaido Jepang itu menganggap pemikiran yang dipresentasikan oleh Khoirul itu tak berguna.

Dari Jepang, Anwar terbang ke Australia. Dan mempresentasikan ide yang sama. Ilmuwan Australia juga memandangnya dengan sebelah mata. Pemikirannya dianggap sampah!

Ide hoirul yang ditertawakan ilmuwan Jepang dan Australia itu adalah tentang masalah power atau catu daya pada Wi-Fi.

Bermula dari keresahan Khoirul. Setiap kali mengakses internet, catu daya itu kerap tak stabil. Kadang bekerja kuat, sekejap kemudian melemah. Selain Khoirul, sebenarnya banyak orang juga mengeluh tentang masalah ini.

Tak mau terus mengeluh, Anwar memutar otak. Pria asal Kediri, Jawa Timur, itu ingin mencari solusi. Dia mencoba menggunakan algoritma Fast Fourier Transform (FFT) berpasangan. FFT merupakan algoritma yang kerap digunakan untuk mengolah sinyal digital. Khoirul memasangkan FFT dengan FFT asli. Menurut hipotesisnya, cara tersebut akan menguatkan catu daya sehingga bisa stabil.

Silahkan baca juga yang ini :  Edward Jenner

Ide itulah yang pada tahun 2005 diolok-olok para ilmuwan Jepang dan Australia. Banyak ilmuwan beranggapan, jika FFT dipasangkan, keduanya akan saling menghilangkan. Tapi Khoirul tetap yakin bahwa cara ini akan menjadi solusi keluhan dari banyak orang.

Ilmuwan Jepang dan Australia boleh saja mengangap idenya sebagai dagelan. Tapi dia tak putus asa. Khoirul kemudian terbang ke Amerika Serikat. Memaparkan ide yang sama ke para ilmuwan di negara Paman Sam.

Tanggapan mereka berbeda.

Di Amerika, Khoirul mendapat sambutan luar biasa. Ide yang dianggap sampah itu bahkan mendapat paten dan diberi nama Transmitter and Receiver. Dunia menyebutnya 4G LTE yang merupakan singkatan dari Fourth Generation Long Term Evolution.

Yang lebih mencengangkan lagi, pada 2008 ide yang dianggap gila ini akhirnya dijadikan sebagai standar telekomunikasi oleh International Telecommunication Union (ITU), sebuah organisasi internasional yang berbasis di Genewa, Swiss. Standar itu mengacu prinsip kerja yang ditemukan oleh Khoirul.

Dalam perkembangannya, dua tahun kemudian, temuan itu diterapkan pada satelit, dan kini telah dinikmati oleh hampir semua umat manusia di muka Bumi. Dengan alat ini, komunikasi menjadi lebih stabil.

Karya besar ini ternyata diilhami masa kecil Khoirul.

Dulu, dia suka menonton serial kartun Dragon Ball. Dalam film itu, dia terkesan dengan sang lakon, Son Goku, yang mengeluarkan jurus andalan berupa bola energi, Genkidama.

Untuk membuat bola tersebut, Goku tidak menggunakan energi dalam dirinya yang sangat terbatas. Goku meminta seluruh alam agar menyumbangkan energi. Setelah terkumpul banyak dan berbentuk bola, Goku menggunakannya untuk mengalahkan musuh yang juga saudara satu sukunya, Bezita.

Prinsip jurus tersebut menjadi inspirasi bagi Khoirul. Dia menerapkannya pada teknologi 4G LTE itu. Jadi, untuk dapat bekerja maksimal, teknologi 4G LTE menggunakan tenaga yang didapat dari luar sumber aslinya.

Silahkan baca juga yang ini :  Gregor Mendel Peletak dasar konsep genetika

***

Khoirul Anwar dan keluarganya. Putra asli Indonesia pencipta teknologi 4G LTE yang digunakan sebagai standar dunia dalam teknologi komunikasi terkini.

Karya besar yang mendunia ini lahir dari orang desa.

Khoirul Anwar lahir di Kediri, Jawa Timur, pada 22 Agustus 1978 dari kalangan rakyat jelata.

Sang ayah, Sudjiarto, hanya buruh tani. Begitu pula sang bunda, Siti Patmi. Keluarga ini menyambung hidup dengan menggarap sawah tetangga mereka di Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang.

Saat masih kecil, Khoirul terbiasa ngarit (mencari rumput untuk pakan ternak). Pekerjaan ini dia jalani untuk membantu kedua orangtuanya. Dia ngarit setiap hari sepulang sekolah.

Meski hidup di sawah, bukan berarti Khoirul tak kenal ilmu. Sejak kecil dia bahkan mengenal betul sosok Albert Einstein dan Michael Faraday. Khoirul suka membaca buku-buku mengenai dua ilmuwan tersebut, padahal tergolong ilmu berat.

Dan dari dua tokoh inilah, Khoirul menyematkan cita-cita menjadi ‘The Next Einstein’ atau ‘The Next Faraday’.

Cita-cita tersebut hampir saja musnah saat sang ayah meninggal pada tahun 1990.

Sang tulang punggung tiada. Siapa yang akan menopang keluarga? Perekonomian sudah tentu tersendat. Padahal kala itu Khoirul baru saja menapak masuk sekolah dasar.

Khoirul tentu khawatir, sang ibu tak mampu membiayai sekolah, apalagi hingga ke perguruan tinggi. Tapi Khoirul memberanikan diri, mengungkapkan keinginan bersekolah setinggi mungkin kepada sang ibu.

Khoirul sudah siap apabila sang emak menyatakan tidak sanggup. Tapi jawaban yang dia dengar di luar dugaan. Bu Patmi malah mendorongnya untuk bersekolah setinggi mungkin.

“Nak, kamu tidak usah ke sawah lagi. Kamu saya sekolahkan setinggi-tingginya sampai tidak ada lagi sekolah yang tinggi di dunia ini,” ucap Khoirul terbata, karena tak kuasa menahan haru saat mengingat perkataan emaknya itu.

Silahkan baca juga yang ini :  Charles Darwin sang pencetus Teori Evolusi

Perkataan itu menjadi bekal Khoirul untuk melanjutkan langkah meraih mimpi.

Lulus SD, dia diterima di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Kunjang. Kemudian dia meneruskan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 Kediri, salah satu sekolah favorit di Kota Tahu itu.

Saat SMA itulah dia memilih meninggalkan rumah. Dia tinggal di rumah kost, tidak jauh dari sekolah. Jarak rumah dengan sekolah memang lumayan jauh. Dia sadar pilihan ini akan menjadi beban sang ibu.

Masalah itu membuat Khoirul harus memutar otak. Dia lalu memutuskan untuk tidak sarapan demi menghemat pengeluaran. Tetapi, itu bukan pilihan tepat. Prestasi Khoirul turun lantaran jarang sarapan.

Kondisi Khoirul sempat terdengar oleh ibu dari salah satu temannya. Merasa prihatin dengan kondisi Khoirul, ibu sang teman tersebut menawarinya tinggal menumpang secara gratis. Khoirul tidak perlu lagi merasakan pusing saat sekolah. Sarapan sudah terjamin dan prestasi Khoirul kembali meninggi.

Lulus dari SMA 2 Kediri, Khoirul melanjutkan pendidikan ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia diterima sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan ditetapkan sebagai lulusan terbaik pada 2000. Dia kemudian mengincar beasiswa dari Panasonic dan ingin melanjutkan ke jenjang magister di sebuah universitas di Tokyo.

Sayangnya, Khoirul tidak lolos seleksi universitas tersebut. Dia merasa malu dan tidak ingin dipulangkan. Alhasil, dia memutuskan beralih ke Nara Institute of Science and Technology NAIST dan diterima.

Di universitas tersebut, Khoirul mengembangkan tesis mengenai teknologi transmitter dan menggarap disertasi bertema sama dalam program doktoral di universitas yang sama pula.

Kini Khoirul Anwar telah menelurkan karya besar yang mendunia. Temuan yang semula ditertawakan itu sekarang dinikmati banyak orang, termasuk para ilmuwan yang mengolok-oloknya dulu.