Refleksi UNAS 2011 : Ketika Kejujuran Dimusuhi

Ada musuh bersama yang baru di negeri ini: Kejujuran. Di negeri yang didesain oleh orang-orang yang tidak jujur dan memanipulasi kekuasaan untuk kepentingan sendiri, kejujuran justru membawa malapetaka.

ujian nasionalBaru-baru ini kita dihebohkan oleh kasus yang menarik. Ketika UAN tingkat SD diselenggarakan, ada seorang siswa bernama Alif di salah satu SD di Surabaya, yang diinstruksikan oleh gurunya untuk membagi-bagikan contekan kepada teman-teman sekelasnya. Ia pun melaporkan kejadian ini kepada ibunya, Siami, yang kemudian melapor kepada komite sekolah setempat dan dinas pendidikan.

Laporan itu berujung pada dicopotnya kepala sekolah dan dua guru di sekolah tersebut. Namun warga tidak terima, Siami justru dianggap sebagai trouble maker, pembuat onar. Mereka marah dan mengusir ibu dan anak itu dari kampung, bahkan sempat mengancam akan membakar rumahnya. Mereka pun terpaksa harus mengungsi untuk menghindari amarah warga.

Inilah fakta di negeri ini yang membuat kita miris. Orang yang jujur menjadi musuh bersama, sedangkan mereka yang tidak jujur dan korup justru melenggang bebas dan tidak tersentuh hukum, bahkan disanjung-sanjung.

Di negeri ini, kejujuran tidak menjadikan kita sukses. Untuk bisa maju, kita justru harus berlaku tidak jujur. Itulah sebabnya mengapa korupsi susah sekali diberantas.

Refleksi UNAS 2011 : Ketika Kejujuran Dimusuhi 1

Budayawan sekaligus rohaniwan Benny Susetyo mengatakan, akar ketidakjujuran bersumber pada sistem yang lebih besar, bukan orang perorangan. Maka, kasus contek masal adalah bentuk frustrasi masyarakat, karena sistem kita yang sejak awal memang didesain untuk melestarikan kekuasaan yang curang.

Benny menjelaskan, sudah menjadi rahasia umum jika ujian nasional itu penuh dengan kecurangan. Hanya saja banyak pihak yang enggan mengakuinya karena kelulusan menentukan segalanya-galanya.

Yang menjadi korban adalah kepala sekolah dan guru, karena kalau ada siswa yang tidak lulus maka mereka akan dicap gagal. Budaya kita mengagungkan citra atau image, sehingga segala cara akan dilakukan demi menjaga citra tersebut tetap baik.

Silahkan baca juga yang ini :  BELAJAR DARI 10 PRINSIP TAIICHI OHNO SANG FATHER OF THE TOYOTA PRODUCTION SYSTEM

Kecenderungan bangsa ini, orang-orang yang bersih dan jujur memilih pekerjaan yang tidak beresiko atau tidak punya pengaruh besar, seperti dosen atau peneliti. Akibatnya mereka yang jujur tidak punya pengaruh yang kuat, sebab lingkungan kerja mereka sudah dikuasai oleh orang-orang yang tidak jujur. Jika ketika kita masuk ke dalam, kita harus bersiap melawan arus.

Kasus kecurangan ujian nasional, menurut Benny, terjadi karena sistem pendidikan yang salah, dan kita justru enggan meninj au ulang sistem tersebut. Ujian nasional dijadikan satu-satunya cara untuk mengukur pencapaian, padahal ujian itu cuma sebuah sarana.

Kelulusan dianggap satu-satunya tujuan pendidikan, sehingga segala cara akan ditempuh demi untuk lulus, termasuk dengan mencontek. Parahnya, jalan pintas ini juga ditunjukkan oleh para elit politik sehingga masyarakat meniru.

Ia mengemukakan dua solusi. Pertama, harus didefinisikan ulang apakah uiian nasional itu satu-satunya syarat kelulusan, karena kualitas setiap sekolah tidak bisa disamakan. Disinilah dibutuhkan keberanian untuk mengakui kesalahan.

Kedua, memperbaiki sistem kelulusan bahwa yang lebih berwenang menentukan kelulusan itu adalah guru. Guru yang tahu kualitas muridnya bukan pemerintah. Tapi sekarang guru sudah masuk ke birokrasi sehingga tidak bisa membangun kualitas pendidikan yang benar-benar mencerdaskan kehidupan bangsa.

Intinya, menurut Benny, pendidikan adalah proses yang memerdekakan, membuat orang menjadi dirinya sendiri dan otentik. Pendidikan jangan didasarkan pada angka atau numerik semata, atau berdasarkan selembar ijazah. Yang sangat penting adalah perbaikan pendidikan dasar, karena jika dasarnya sudah rusak, maka ke atasnya juga akan makin rusak.

Sumber: Campus Indonesia